Rabu, 09 Maret 2011

ARTI SEBUAH NAMA

Jika kita berjalan bersama-sama dalam kelompok, seandainya dalam kelompok tersebut kita belum saling mengenal nama antara satu dengan yang lainnya, tiba-tiba ada yang memanggil dengan sebuah panggilan nama dan ternyata yang menengok secara serentak kearah panggilan tersebut lebih dari satu, misalnya 3-4 orang, apa yang terjadi? kemungkinan yang terjadi adalah orang yang memanggil tersebut akan binggung dan heran "kok yang saya panggil dia kenapa yang menengok bukan hanya dia?". Kemungkinan yang kedua orang yang dipanggil tersebut akan merasa heran juga "kok nama itu adalah nama saya, tapi kenapa dia, dia dan dia serta dia harus menengok juga". Kondisi ini akan menimbulkan tanda tanya dan ketidakpastian antara orang yang dipanggil dan yang memanggil. Dari gambaran ini nama memiliki arti penting dalam hidup ini.

Pertanyaan yang muncul adalah apa arti sebuah nama?

William Shakaspiere beberapa tahun silam mengatakan "apa arti sebuah nama?" Tai (najis) akan tetap busuk walaupun diberi nama parfum, bunga akan tetap indah walaupun diberi nama tai. Pandangan ini menjelaskan kepada kita ternyata nama tidak mampu mengubah eksistensi dari obejeknya. Dengan kata lain nama tidak ada maknanya.

Tapi kalau William Shakaspiere hidup di zaman sekarang dimana teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat dan menjadi sebuah kebutuhan maka dia akan menyesal mengatakan bahwa nama tidak ada artinya. kalau kita mendengar nama Soekarno maka yang ada dipikiran kita adalah presiden pertama RI, dan jika kita mendengar nama Husein Barack Obama maka yang ada dipikiran kita adalah presiden pertama kulit hitam Amerika Serikat. Tapi kalau kita mendengar nama Sugianto maka yang ada dipikiran kita malah amburadul. Kenapa karena nama Sugianto banyak dipakai di negeri ini. di Wapulka saja nama dipakai lebih dari tiga orang. Apalahgi di pulau jawa mungkin ada ribuan.

Analogi pada paragraf pertama dan ketiga sangat tepat kalau kita analogikan dengan nama desa kita "BAHARI". Kalau kita search di Google dengan mengetik nama "BAHARI" maka akan muncul sekurang-kurangnya duabelas pilihan tentang "BAHARI" padahal yang kita maksud adalah desa "BAHARI" adalah desa yang terletak di kecamatan Sampolawa kabupaten Buton atau tepatnya desa Bahari yang dulunya bernama "Wapulaka".

Ada apa dengan Bahari?

Bahari adalah sebuah nama yang banyak dipakai di negeri ini. Mulai dari nama sebuah desa, kecamatan, nama usaha, nama organisasi, nama orang, sampai pada nama perahu dan lain sebagainya. Pertanyaannya adalah menarikkah kalau sebuah nama banyak dipakai untuk menamai sebuah objek. Jawabannya adalah tidak. Idealnya "sesuatu" hanya diwakili oleh satu nama. Hal ini supaya tidak membingunkan. Jadi menurut penulis nama adalah gambaran singkat tentang sesuatu. Sebagai contoh kalau kita mendengar seseorang berucap kata "kelapa" maka yang ada dipikiran kita adalah sebuah pohon yang tinggi, daunnya bisa dibuat sapu lidi, dan buanya bulat lonjong.

Dengan uraian di atas perlukah desa kita "BAHARI" kita kembalikan kenama aslinya " WAPULAKA"?

Menurut hemat penulis sangat perlu. Ada beberapa alasan yang mendasarinya; Wapulaka adalah sebuah nama yang memiliki nilai historis. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa dengan masa lalunya (sejarah). Wapulaka hanya ada satu di negeri ini, kalau orang menyebut nama Wapulaka maka sudah pasti sebuah nama desa yang ada di kecamatan sampolawa, kabupaten Buton. Ini sangat jauh berbeda dengan nama "Bahari", (3) Wapulaka sebagai sebuah nama sangat cocok dengan lidah (logat) orang Buton. Bukankah awalan "Wa" adalah ciri khas dari suku buton.

Disinilah urgensi dari sebuah nama. Pantaslah Abraham Maslow seorang pelopor aliran psikologi humanistik menempatkan kebutuhan aktualisasi diri (self actualitation needs) sebagai kebutuhan tertinggi dalam teorinya (Herarchy of needs). Dan pantaslah pula kalau John Naisbith mengatakan bahwa di zaman modern pola jaringan akan semakin penting dan yang dijual adalah sebuah nama (brand image).

Kalau orang Sulsel berhasil mengembalikan Ujung Pandang menjadi Makassar, tentu kita lebih bisa mengembalikan nama desa kita "Bahari" menjadi "Wapulaka".

Bagaimana dengan teman-teman, perlukah kita kembalikan "Bahari dengan nama Wapulaka"?. Mari kita diskusikan dan kita wacanakan !.....

1 komentar:

  1. saya jubirman miano mosolo yang juga keturunan BUTON khusunya wapulaka, saya juga jikalau desa bahari diganti dengan nama wapulaka (nama yg sbelumnya) karena sebuah nama itu memiliki arti yg sangat penting dalam seuatu itu. mungkin wapulaka adalah satu-nya nama desa atau daerah yang ada di dunia, oelh karena itulah, sehingga ketika orang bebicara tentang wapulaka, maka tema pembicaraanya akan menuju ke sebuah desa yg ada di sulawesi tenggara, kepulauan Buton, kecematan sampolawa,.....
    so pasti itu,,,,
    sebagai contoh nama desa mosolo di ambil dari 2 kata yaitu MO dan Solo ,. Mo yg artinya kuat sedangkan Solo yang rtinya arus. jadi mosolo adalah sebuah perkampungan di sulawesi tenggara kabupten konawe di kepulauan wawonii yg memiliki aliran sungai (arus) yg sangat kuat atau keras, sehingga perkmpungan itu dinamaknlah MOSOLO

    BalasHapus