Rabu, 09 Maret 2011

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemikiran 
Pemakmuran bersama seharusnya menjadi landasan berfikir dari para pemimpin kita. persoalannya adalah bagaimana mendorong agar kekayaan negara dinikmati oleh rakyat, termasuk mereka yang miskin. Kriteria minimal untuk ini adalah terpenuhinya semua kebutuhan material pokok semua orang. Inilah hak ekonomi yang harus dihargai dan diakui oleh kita semua, terlebih oleh pemerintah.
Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat kita masih kesulitan untuk memnuhi kebutuhan pokoknya (fisiologikal needs). Di sisi lain pemerintah lebih berorientasi pada peningkatan PAD melalui investasi yang masuk. Pertanyaan mendasar adalah apakah semua masyarakat akan terakomodir sebagai tenaga kerja? Tentu tidak. Untuk itu harus ada solusi bagi mereka yang tidak terakomodir ter
Masyarakat harus mempunyai pekerjaan milik sendiri. Hak tersebut memberi jaminan agar tiap orang dalam masyarakat tidak mati kelaparan karena kekurangan makanan atau kedinginan karena tidak memiliki rumah dan pakaian yang cukup. Dan ini akan menjawab persoalan bagaimana rakyat bisa hidup, apa yang harus dihasilkan untuk memenuhi kebutuhannya dan menambah kemakmurannya.
Menurut hemat penulis pertanian masih menjadi lapangan pekerjaan yang bisa mengakomodir masyarakat banyak. Sebagai negara tropis dengan dua jenis musim serta lahan yang luas menjadi potensi untuk membangun ekonomi masyarakat melalui sektor pertanian. Namun sistem pertanian yang harus dikembangkan adalah sistem pertanian yang berorientasi pada pasar. Bukan berorientasi hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokok saja. Tetapi pertanian dipandang sebagai lapangan kerja yang strategis yang dapat memberikan peningkatan pendapatan dan kemakmura. 
Untuk mernjadikan pertanian sebagai leading sector maka dibutuhkan penguatan wawasan pertanian kepada para petani. Perubahan wawasan inilah menjadikan petani lebih bisa merencanakan dan mengatur hidupnya di sektor ini. Hal yang penting yang harus dikuasai oleh para petani adalah bagaimana mereka bisa mengelolah faktor-faktor produksi sehingga hasil yang mereka dapatkan lebih maksimal.Dengan penguasaan faktor-faktor produksi akan memberikan kepastian tentang kualitas dan kuantitas produk pertanian yang dihasilkan serta mereka bisa menghitung pendapatan bersih mereka. Dan pada akhirnya mereka bisa meningkatkan secara terus-menerus produksi mereka baik secara intensifikasi maupun secara ekstensifikasi pertanian.

B. Rumusan Masalah
Apasajah yang termasuk faktor-faktor produksi pertanian?

C. Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para petani khususnya dan dan masyarakat pada umumnya tentang faktor-faktor produksi yang mempengaruhi peningkatan produksi hasil pertanian.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi
Kata produksi berasal dari kata production yang secara umum dapat diartikan membuat atau menghasilkan suatu barang dari berbagai bahan lain (Prawirosentono: 2000). Bruce R.Beattie dan C. Robert Taylor dalam buku mereka yang berjudul “Ekonomi Produksi” mendefinisikan produksi sebagai proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumberdaya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk) ( 1994: 3 ). 
Pengertian yang mirip dikemukakan juga oleh Assauri (1999:11) bahwa produksi mencakup kegiatan yang mengtranformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan suatau produk. Aak (1999:67) mendefinisikan produksi tanaman sebagai kegiatan atau sistem budidaya tanaman yang melibatkan beberapa faktor produksi seperti tanah, iklim, farietas, kultur tehnik, pengelolaan serta alat-alat agar diperoleh hasil maksimum secara berkesinambungan.

B. Faktor-Faktor Produksi  Program peningkatan produksi merupakan dasar dari pembangunan pertanian karena akan menjawab pertanyaan, apa yang akan dibisniskan jika tidak ada produksi?. Progaram ini akan mendorong peningkatan produksi hasil pertanian baik jumlah maupun mutunya (Nuhung, 2003). Besar kecilnya produksi sangat tergantung dari peranan faktor-faktor produksi yang meliputi macam komoditas, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim, dan faktor sosial ekonomi produsen (Soekartawi, 1999).  1. Faktor sosial ekonomi a. Program pengembangan SDM Seperti diketahui sebagian besar angkatan kerja adalah berada disektor pertanian (sekitar 49,3 %). Dari jumlah itu sebagian besar adalah tidak sekolah sampai pada lulusan SD saja. Dengan demikian problemya adalah rendah produktifitas tenaga kerja disektor pertanian (Soekartawi, 1995). Tingkat pendidikan petani yang sebagian besar tidak tamat sekolah dasar merupakan salah satu masalah mendasar dalam pembangunan pertanian. Pengolahan usaha tani secara tradisional menjadi indikasi dari dampak lemahnya kualitas SDM masyarakat pertanian kita (Nuhung, 2003). Kualitas SDM sebagai modal pengembangan (human Capital) memiliki beberapa aspek: (1) Nilai aspirasi tentang hidup, (2) Kewiraswastaan dan kesanggupan serta kemampuan berusaha, (3) Pengetahuan dan ketrampilan dalam melalukakan sesuatu, (4) Kemampuan untuk mengambil alih keputusan mengenai berbagai pilihan yang menyangkut kepentingan umum (Soekartawi, 1995). Dalam upaya peningkatan kualitas SDM untuk upaya peningkatan produksi meliputi: (1) Pelatihan petani dan pelaku agribisnis, (2) Penataan tenaga dan sistem penyuluhan, (3) Pemagangan dan studi banding, (4) Sosialisasi program dan kebijaksanaan bagi instansi mitra pertanian, (5) Penguatan tenaga-tenaga penelitian terutama di bidang budi daya, bioteknologi, pasca panen, mutu hasil, dan lain-lain ( Nuhung, 2003 ). b. Program penataan aset dan kelembagaan Lebih dari 80 % usaha pertanian dilakukan oleh petani dengan tingkat pemilikan lahan yang sempit, terpencil dan terpencar. Tingkat pendidikan yang rendah dan akses terhadap teknologi informasi, modal, dan pasar yang sangat terbatas menyebabkan posisi tawar mereka sangat lemah. Sementara itu upaya-upaya memperjuangkan kepentingan petani dirasakan belum memadai dan bahkan selama ini kebijakan-kebijakan ekonomi cenderung tidak banyak menguntugkan kepentingan petani. Kehadiran kelembagaan petani dapat berfungsi sebagai lembaga advokasi dan pressur dalam penyusunan kebijakan disektor pertanian. Di samping itu perlu pula dikembangkan dewan-dewan komoditas yang menjadi partner dalam perumusan kebijakan dan penyususnan program pembangunan masing-masing komoditas tersebut, lembaga dan asosiasi pertanian perlu dibudidayakan agar lebih efektif dan memberi nilai tambah bagi petani dan masyarakat (Nuhung, 2003). c. Masalah permodalan  Sangat berbeda derngan negara-negara pertanian lainnya, di Indonesia belum ada institusi yang menjamin pendanaan disektor pertanian. Di negara-negara lain pada umumnya sudah memliki bank pertanian. Di Indonesia belum ada perbankan yang full dedicated terhadap pembangunan pertanian. Lembaga keuangan mikro yang dapat diharapkan dapat membantu petani belum berkembang secara signifikan sehingga tidak dapat menjangkau petani secara keseluruhan. Kredit program (bunga rendah) yang banyak dimanfaatkan oleh petani di negara lain, tetapi di Indonesia tidak berkembang secara konsisten dan bahkan cenderung untuk dihapus (Nuhung, 2003).  d. Alat dan tenaga kerja Manusia turut campur tangan dalam usaha penanaman hingga berproduksi, maka pencurahan tenaga memiliki arti penting didalam proses produksi. Besar-kecilnya tenaga yang diperlukan, tergantung ketrampilan dan kemampuan dalam mengolah tanaman. Jumlah tenaga yang dibutuhkan dapat digantikan dengan lat atau mesin yang sangat membantu usaha untuk mengintensifkan kerja. Semua itu dipersiapkan sebaik mungkin, sebab hal tersebut ada kaitannya dengan saat penanaman jagung dimulai. Dan beberapa jumlah tenaga kerja manusia yang akan dibutuhkan kemungkinan penggunaan alat yang lebih efisien pun dapat diterapkan disini.  e. Pemasaran  Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2004: 11). Peningkatan produksi pertanian harus meningkatkan pendapatan petani khusunya, dan sektor pertanian pada umumnya. Perbandingan yang menguntungkan antara nilai dan biaya produksi merupakan salah satu perangsang bagi petani untuk meningkatkan produksinya (Suprapto, Marjuki, 2002: 42). Kata kunci dari pembangunan pertanian adalah tersedianya pasar baik untuk porduksi segar maupun olahan (Nuhung, 2003: 11). Aspek pemasaran memang disadari bahwa aspek ini adalah penting. Bila mekanisme pemasaran berjalan baik maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan oleh karena itu peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, eksportir, importir atau lainnya, menjadi amat penting karena barang pertanian umumnya dicirikan oleh sifat: (1) diproduksi musiman, (2) Selalu segar, (3) Mudah rusak, (4) Jumlahnya banyak tetapi nilainya relatif sedikit, (5) Lokal dan spesifik (tidak dapat diproduksi disemua tempat (Soekartawi, 1999) f. Sistem penyuluhan Sistem penyuluhan pada hakikatnya merupakan upaya transfer of kowledge, transfer of tecnologi, meningkatkan aksisibilitas, pemberdayaan masyarakat pertanian yang bermuara pada peningkatan nilai tambah, peningkatan pendapatan, peningkatan kesejahteraan, peninkatan produksi, dan sebagainya (Nuhung, 2003: 67 ). Revitalisasi sistem penyuluhan menjadi kebijakan mendesak dan melalui upaya-upaya yang antara lain sebagai berikut; (1) Inventarisasi kondisi riil tenaga tenaga penyuluhan pertanian. Kemudian dirumuskan kebutuhan tenaga penyuluh baik jumlah, mutu/kualifikasi distribusinya, (2) Kebijakan penyuluh pertanian perlu dirumuskan batas kewenangan pusat dan daerah terutama di era otonomi, sehingga tercipta sistem penyuluhan yang efektif, (3) Mengfungsikan KCD yang jumlanya ribuan unit dan berada di kecamatan sehingga dapat menjadi pusat informasi dan teknologi pertanian di sentra produksi pertanian, (4) Tenaga penyuluh yang ada harus didorong menjadi spesialisasi sehingga dapat lebih efektif dan konsentrasi pada bidang tugasnya. Pada akhirnya tenaga-tenaga penyuluh telah menjadi kebutuhan petani sehingga petani berani membayar penyuluh ( Nuhung, 2003 : 68 ). g. Pengolahan dan pasca panen Nilai tambah hasil pertanian sesungguhnya berada pada kegiatan hilir yaitu di industri pengolahan dan pemasarannya. Industri pengolahan skalah besar banyak yang undercapasity bahkan idle selain karena kekurangan bahan baku juga komoditas pertanian yang di eksport dalam bentuk bahan mentah, sehingga industri dalam negeri tidak kebagian bahan baku (Nuhung, 2003: 11) Cara pengolahan jagung ada dua macam; (1) Pengolahan basa (wet process), yaitu pengolahan jagung yang dilakukan dengan merendam jagung terlebih dahulu di dalam air sehingga menghancurkannya lebih muda, dan setelah itu dikeringkan, (2) Pengolahan kering (dry process ), yaitu pengolahan secara kering tanpa perendaman, sehingga menghancurkannya leih sukar (Suprapto, 2002:41). 2 Faktor biologi a. Lahan pertanian  Perluasan areal panen merupakan faktor potensial dalam mendukung peninkatan produksi jagung. Berkaitan dengan perluasan areal panen ini dapat dilakukan upaya ekstensivikasi, diversivikasi, rehabilitasi, peningkatan intensitas pertanaman, dan penambahan periode panen jagung (Adisarwanto, 2004). 1. Ekstensivikasi; Dalam pengertian umum, ekstensivikasi merupakan upaya pengadaan sumber pertumbuhan baru berupa perlusan / penambahan areal pertanian. Bila berhasil menambah areal baru sampai ratusan ribu hektar pertahun maka akan terjadi lonjakan produksi jagung secara nyata ditingkat nasional (Adisarwanto, 2004). 2. Diversivikasi; Dalam kaitannya dengan usaha peningkatan produksi, diversivikasi diartikan sebagai kegiatan penganekaragaman komoditas pertanian yang dibudidayakan. Pada program diversivikasi ini peningkatan produksi jagung diupayakan dengan menjadikan jagung tersebut sebagai tanaman pokok dalam suatu kegiatan pola tanam (Adisarwanto, 2004). 3. Rehabilitasi; Salah satu kegiatan rehabilitasai pada pembudidayaan jagung adalah perbaikan potensi varietas unggul dengan pemurnian benih atau penggantian benih hibrida yang sudah berkali-kali ditanam (Adisarwanto, 2004), 5. Peningkatan Intensitas Pertanaman; Intensitas pertanaman diartikan sebagai banyaknya pertanaman dalam satu tahun pola tanam disuatu daerah. Upaya peningkatan intensitas pertanaman jagung ini ditujukan untuk lahan yang masih mempunyai intesitas pertanaman kurang dari 300 atau lahan yang kurang diusahakan (lahan tidur) (Adisarwanto, 2004). b. Produktifitas  Upaya meningkatkan produktifitas dapat dicapai dengan penanaman verietas unggul. Upaya ini akan lebih berhasil bila disertai pengolahan lingkungan fisik dan hayati, serta penerapan teknologi produksi yang sesuai dengan lingkungan tumbuh. Penerapan tekonologi ini harus secara efektif dan efesien dengan peningkatan mutu intensifikasi maka diharapkan akan berpengaruh terhadap peningkatan produktifitas (Adisarwanto, 2004). Komponen penting dalam program intensifikasi peningkatan produksi jagung adalah: 1. Varietas Unggul; Adanya kemajuan penelitian di bidang pemuliaan tanaman jagung menyebabkan terjadinya banyak perbaikan varietas jagung. Perbaikan mutu varietas jagung ini akhirnya mengahasilkan varietas jagung unggul. 2. Pemupukan; Setiap tanaman perlu makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Makanan tersebut berupa unsur-unsur hara, baik yang terdapat di dalam tanah, di udara maupun hara hasil buatan manusia. Makanan yang diperlukan tersebut biasa dikenal dengan pupuk. Pupuk yang terjadi sebagai bentukan secara alami disebut pupuk organis. Di dalam pupuk tersebut terkandung beberapa unsur hara yang diperlukan, baik dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil (Aak, 1999:57). 3. Dari semua unsur hara yang diperlukan tanaman, biasanya pupuk hanya memberikan unsur Nitrogen (N), fosfor (F) dan kalium (K). Ketiga unsur tersebut merupakan tiga unsur utama. Penyerapan zat hara oleh tanaman sangat berfariasi bergantung pada tingkat kesuburan tanah, keadaan lingkungan, serta keadaan tanaman itu sendiri (Suprapto, Marjuki, 2002: 27). 4. Hama; Bedasarkan klasifikasi hama pengganggu tanaman, dapat dikelompokan berdasarkan ukuran tubuh yaitu: (a) Mamalia: misalnya babi hutan, burung, (b) Rodentia: misalnya tikus sawah, tupai, (c) Anthropoda binatang beruas termasuk serangga / insekta; misalnya hama pengerek (ulat), (d) Neamatoda: sebangsa cacing misalnya ulat tanah, cacing (Aak, 1999: 75). 
Kerusakan tanaman atau bagian tanaman yang disebabkan oleh hama menyebabkan kondisi tanaman menjadi tidak normal lagi. Tanaman yang terserang akan menunjukan suatu kelainan bila dibandingkan dengan tanaman yang sehat. Tanda-tanda yang tampak dari luar pada tanaman yang sakit ialah: (a) Terjadi perubahan warna pada organ tanaman, seperti daun dan batang menguning atau coklat, (b) Tanaman layu sebagai akibat sel-sel dan jaringan tanaman dirusak oleh hama bahkan tanaman tersebut bisa mati, (c) Tanaman kerdil karena fungsi jaringan terganggu sehingga tidak dapat menyalurkan makanan dengan baik. 
c. Tujuan peningkatan produksi pertania
Kebutuhan pangan dunia (bukan hanya beras) yang cenderung terus meningkat dan kecenderungan back to nature dan perkembangan industri pengolahan serta teknologi pemanfaatan hasil pertanian yang semakin maju membutuhkan suplai hasil pertanian yang cukup, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk kebutuhan yang lainnya. Untuk itu diperlukan peningkatan produksi. Tujuan peningktan produksi meliputi: (1) Mewujudkan swasembada dan ketahanan pangan nasional, (2) Meningkatkan folume ekspor hasil-hasil pertanian, sekaligus subtitusi impor, (3) Menyediakan bahan baku industri pengolah, (4) Mewujudkan diversifikasi pangan dan gizi ( Nuhung, 2003:35).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan 
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Dalam praktek, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: (1) Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit, dan sebagainya, (2) Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya. 
B. Saran 
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pemenuhan yang cukup akan faktor produksi menjadi penting dalam upaya meningkatkan hasil produksi. Untuk itu disarankan beberapa hal: (1) Petani perlu memahami faktor-faktor produksi secara maksimal dalam upaya meningkatkan hasil panen mereka, (2) Pemerintah (stake holder) harus secara terus-menerus memberikan bimbingan dan pengetahuan tentang cara bertani yang baik.
 
 
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar